
“Inisiatif seperti ini merupakan wujud nyata kepedulian bersama dalam memperkuat budaya berbagi, memperluas akses pelayanan sosial, dan mendorong pemberdayaan masyarakat. Festival Gemari bukan hanya sebuah kegiatan, melainkan sebuah gerakan yang mencerminkan nilai kepedulian, solidaritas, dan semangat gotong royong melalui berbagai layanan sosial,” ujar Budiono
MAYANGAN - Di tengah hiruk pikuk akhir pekan, Gedung Nyai Walidah menjadi tempat digelarnya Festival Gemari Gebyar Y-AMI Ceria, Sabtu (29/11). Festival ini menghadirkan rangkaian kegiatan edukatif dan sosial, termasuk khitanan massal bagi anak disabilitas. Asisten Pemerintahan Setda Kota Probolinggo, Budiono Wirawan, hadir membuka kegiatan tersebut.
Aspem Budiono dalam sambutannya menegaskan komitmen Pemkot Probolinggo untuk memperkuat layanan inklusif lintas sektor, mulai dari pendidikan hingga ketenagakerjaan.
“Inisiatif seperti ini merupakan wujud nyata kepedulian bersama dalam memperkuat budaya berbagi, memperluas akses pelayanan sosial, dan mendorong pemberdayaan masyarakat. Festival Gemari bukan hanya sebuah kegiatan, melainkan sebuah gerakan yang mencerminkan nilai kepedulian, solidaritas, dan semangat gotong royong melalui berbagai layanan sosial,” ujar Budiono.
Pria yang pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Disperinaker) tersebut menambahkan, Hari Anak Nasional adalah pengingat untuk melindungi anak-anak dari segala bentuk kekerasan, memastikan mereka mendapatkan pendidikan yang layak dan memiliki hak untuk tumbuh kembang secara optimal.
“Setiap individu berhak atas kesetaraan, kesempatan, dan akses aksesibilitas dalam pendidikan, pekerjaan, serta layanan publik. Mudah-mudahan dengan acara seperti yang dilakukan oleh Y-AMI ini bisa memberikan perhatian lebih kepada anak-anak kita dan terutama anak-anak penyandang disabilitas,” pungkasnya.
Sementara itu, Perwakilan Kemensos, Arif Rohman, turut memberikan apresiasi atas upaya Y-AMI yang dinilai mampu mengubah cara pandang masyarakat terhadap disabilitas.
Festival Gemari, tambah Arif, tak sekadar kegiatan sosial, tapi juga wujud kolaborasi untuk membangun ruang aman, ramah, dan setara bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Dengan semangat kebersamaan, kegiatan ini diharapkan menjadi inspirasi bagi gerakan sosial inklusif di Kota Probolinggo.
Pada kesempatan itu, Ketua Y-AMI Bunda Ery Hatni Murti Susilowati, turut menceritakan perjalanan panjang yayasan yang ia kelola dari rumah pribadi. “Kami tidak punya tempat, kegiatan kami gelar di garasi rumah. Tapi sempitnya ruangan tidak pernah menyempitkan niat kami. Anak-anak ini adalah mutiara istimewa yang berhak bahagia,” ujarnya penuh haru.
Sosok yang aktif dalam memimpin berbagai kegiatan sosial, terutama yang berfokus pada anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) tersebut mengungkap, tahun ini, 18 anak mengikuti sunatan massal. Terdiri dari 10 anak dari Kota Probolinggo dan 8 anak lainnya berasal dari wilayah Kabupaten Probolinggo. Tak hanya itu, festival ini juga menghadirkan Parenting Class bersama Dosen Psikologi Universitas Negeri Malang, yang memberikan edukasi bagi para orang tua.
Rohim, ayah dari Ahmad, anak disabilitas yang mengikuti khitan, dengan mata berkaca, ia mengaku sangat terbantu dengan adanya kegiatan ini.
“Saya sudah lama mencari layanan khitan yang ramah anak disabilitas. Kadang kami merasa bingung harus ke mana. Tapi di sini, suasananya tenang, nakesnya sabar, dan Ahmad jadi tidak takut,”ucapnya. (es/pin)