Festival Gir Sereng, Kenangan Tempoe Doeloe Hidup Kembali di Pinggir Pantai

“Ini bukan sekadar festival, Ini adalah trigger, pemantik gerakan kebudayaan dan ekonomi masyarakat. Dengan animo sebesar ini, bukan mustahil kita bisa membuat kalender wisata tahunan yang lebih besar, bahkan jika dihitung sudah masuk dalam 100 event kota,”

Kademangan – Suara gemerincing gamelan berpadu dengan aroma lupis gula merah dan sedapnya ikan asin digoreng tercium di udara. Pantai Permata Pilang, Kecamatan Kademangan, Minggu (1/6)  ini menjelma menjadi panggung sejarah. Dengan tajuk, Festival Gir Sereng resmi dibuka oleh Wali Kota Probolinggo, dr.  Aminuddin, dengan balutan pesona tempo dulu yang menghipnotis ribuan pasang mata.

Mengenakan kostum Pendalungan hitam lengkap dengan udeng khas Probolinggo, Wali Kota berjalan menyusuri jalur utama stan yang seluruhnya dirangkai dari bambu, jerami, dan anyaman daun kering. Setiap sudut menggoda rasa dan memantik kenangan.

Festival Gir Sereng, yang berarti “pinggir pantai”, tak sekadar pesta kuliner. Ia adalah napas kolektif warga Pilang untuk merawat warisan leluhur. Sebanyak 20 stan kuliner jadul hadir menyuguhkan panganan  seperti klepon, lupis, latuk, ongol-ongol, ketan bubuk, nasi bu'uk, nasi karak hingga rujak cingur. Lebih dari itu, setiap penjaja tampil dengan kostum lawas, kerudung klasik, baju lurik, hingga kebaya encim.

Setiap stan dilengkapi benda-benda jadul yang autentik seperti sepeda kumbang dengan pisang dan kelapa di boncengan, penerangan dari oncor, kendi tanah liat, tungku bata merah (tumang), hingga burung perkutut dalam sangkar bambu. Sebuah lorong waktu yang dirancang penuh cinta dan kreativitas.

“Semua ini karya swadaya RT-RT se-Kelurahan Pilang, kami hanya memfasilitasi dan mengarahkan, selebihnya masyarakat yang bergerak,” tutur Lurah Pilang, Rois Siswanto.

Wali Kota dr. Aminuddin memberikan apresiasi tinggi. “Ini bukan sekadar festival, Ini adalah trigger, pemantik gerakan kebudayaan dan ekonomi masyarakat. Dengan animo sebesar ini, bukan mustahil kita bisa membuat kalender wisata tahunan yang lebih besar, bahkan jika dihitung sudah masuk dalam 100 event kota,” tegasnya dalam sambutannya.

Tak kalah memukau, Wakil Wali Kota Ina Dwi Lestari turut memainkan alat musik gambang mengiringi penampilan seni Jawa dari Pergerakan Sarinah. Grup kesenian bentukan mantan Wali Kota Probolinggo Hj. Rukmini yang pagi itu membawakan lagu-lagu Jawa juga menggunakan kostum jadul.

Warga pun menyambut hangat. Ima (45), warga Jrebeng Lor tersenyum sambil menikmati sepotong lupis. “Semoga ada tiap bulan, rasanya enak, suasananya bikin inget masa kecil. Ini bukan cuma festival, ini nostalgia,” imbuhnya.

Di penghujung acara, Wali Kota berpesan bahwa Festival Gir Sereng akan menjadi contoh kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat. “Destinasi pinggir pantai ini hanya awal. Kita punya potensi yang bisa dikembangkan oleh masyarkat, bisa saja nanti ada pinggir sungai atau pinggir-pinggir lainnya. Bahkan gang-gang kota  bisa  saja disulap jadi tempat wisata budaya. Tinggal kemauan dan kreativitas karena pada dasarnya masyarakat juga mau berperan aktif. Kelurahan Pilang menjadi inspirator bagi kelurahan lainnya,” ujarnya.

Festival ini dihadiri juga oleh Sekda Ninik Ira Wibawati, kepala perangkat daerah, serta para  pegawai pemkot usai mengikuti upacara peringatan Hari Kelahiran Pancasila. Bukan hanya bazar dan musik, lomba tari antar-RW  dan lomba stan juga menjadi daya tarik utama. Penampilan para remaja hingga ibu-ibu membakar semangat penonton.

Untuk lomba tari se-Kelurahan Pilang, Juara 1 diraih RW.03, diikuti RW.02 Juara 2 dan RW.01 Juara 3.

Sementara, di lomba stan tempo doeloe, Juara 1 diraih RT.06 RW.01. Juara 2 dan 3 masing masing diraih RT.05 RW.01 dan RT.02 RW.02.

Dewan juri  terdiri dari seniman dan budayawan kota, Peni Priyono, Sri Rahayu, dan Guruh Bayu memberikan penilaian berdasarkan keaslian tema, penampilan visual, hingga inovasi stan. (yul/pin)

LINK TERKAIT